Zona Hidup – Pengendalian Hama Padi. Salah satu yang menjadi tantangan dalam pembangunan pertanian merupakan adanya kecenderungan menurunnya produktivitas lahan. Disisi lain sumber daya alam akan terus menurun sehingga perlu diupayakan untuk tetap menjaga kelestariannya. Demikian pula dalam usaha tani padi ini, supaya usaha tani padi dapat berkelanjutan, maka dilakukan teknologi yang diterapkan harus memperhatikan faktor lingkungan, baik lingkungan fisik maupun di lingkungan sosial, sehingga agribisnis padi dapat terlanjutkan.
Selama ini produksi padi nasional seringkali masih mengendalikan sawah irigasi, namun kedepan bila hanya mengandalkan padi sawah irigasi ini tentunya akan menghadapi banyak kendala. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya lahan sawah irigasi subur yang beralih fungsi menjadi penggunaan lahan non pertanian, tingginya biaya pencetakan lahan sawah baru dan juga berkurangnya debit air. Dilain pihak lahan kering tersedia cukup luas dan pemanfaatan untuk pertanaman padi gogo juga belum optimal, sehingga ke depannya produksi pada padi gogo juga akan dapat dijadikan andalan produksi padi nasional.
Pengendalian hama terpadu / PHT ini merupakan metodologi yang mengandung prinsip-prinsip dasar yang menjadi pegangan para pengguna atau petani yang menciptakan kondisi yang optimal bagi lingkungan tanaman sehingga hama tidak akan menjadi masalah.
Tujuan dari PHT ini adalah :
- Produksi pertanian akan mantap tinggi
- Penghasilan dan juga kesejahteraan petani akan meningkat
- Populasi OPT dan juga kerusakan tanaman akan tetap pada aras secara ekonomi tidak merugikan
- Pengurangan resiko pada pencemaran Lingkungan akibat dari penggunaan pestisida yang berlebihan.

Pengendalian Hama Terpadu Pada Tanaman Padi
1. Pengendalian Hama Tikus
(PHTT) Pengendalian hama tikus terpadu (PHTT) ini didasarkan pada pemahaman ekologi jenis tikus, dilakukan secara dini, intensif dan akanterus menerus dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan juga tepat waktu. Pengendalian tikus ini ditekankan pada saat awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier System) dan juga LTBS (Linier Trap Barrier System). Tikus sawah atau biasa dikenal dengan Rattus argentiventer ini merupakan spesies dominan pada pertanaman padi. Hama tikus ini perlu dikendalikan seawal mungkin, mulai dari tahap pengolahan tanah sampai dengan tahap tanaman dipanen.
BACA JUGA
Cara Sortasi Kopi Untuk Hasil Biji Kopi Berkualitas
Cara Kerja Kastrasi Tanaman Kelapa Sawit
Cara Pemberian Obat Cacing Sapi
Cara pengendaliannya ini yaitu:
- Sanitasi di lingkungan dan manipulasi habitat
- Kultur teknis
- Fisik dan juga mekanis
- Biologi
- Kimiawi Penerapan pada sistem sistem perangkap bubu (SPB) atau Trap Barrier System (TBS).
2. Pengendalian Hama Penggerak Batang
Penggerek batang ini juga merusak tanaman padi pada berbagai fase pertumbuhan. Empat jenis penggerek batang padi yang sudah umum ditemukan diantaranya adalah Penggerek batang padi kuning (Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata), dan juga penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens). Adapun Penghendaliannya adalah:
- Panen padi yang ada di sawah dengan cara memotong tunggul jerami rendah agar hidup larvanya terganggu. Dengan demikian larva yang ada ini akan dibagian bawah tanaman tertinggal dan membusuk bersama jerami.
- Pengendalian mekanis tentunya dapat dilakukan dengan cara mengambil kelompok telur pada saat tanaman berumur 10-17 hari setelah semai. Hal tersebut dikarenakan hama penggerek batang sudah mulai meletakkan telurnya pada tanaman padi sejak di pesamaian
- Harus diamati secara intensif sejak semai sampai panen. Kalau populasi ini tinggi dapat dikendalikan dengan insektisida butiran (karbofuran, fipronil) dan juga insektisida 17 cairan (dimehipo, bensultap, amitraz, dan fipronil) yang akan diaplikasikan bila populasi tangkapan ngengat seratus ekor perminggu dengan perangkap feremon atau tiga ratus ekor perminggu pada perangkap lampu.
- Insektisida butiran ini kemudian diaplikasikan bila genangan air dangkal dan juga insektisida cair bila genangan air tinggi.
- Penangkapan massal ngengat jantan dengan cara memasang perangkap feromon 9- 16 perangkap setiap hektar untuk kemudian mengamati spesies dominan.
3. Walang Sangit
Walang sangit Hanya akan menyerang tanaman yang sudah berbulir. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan insektisida kemudian dilakukan jika populasinya melebih ambang kendali yaitu pada saat setelah stadia pembungaan ditemukan rata-rata >10 ekor/rumpun.
4. Wareng Coklat atau Wareng Punggung Putih
Pengendalian Hama Padi Wereng coklat dan juga wereng punggung putih atau Sogatella furcifera H. seringkali menyerang tanaman secara bersamaan pada tanaman stadia vegetatif. Adapun beberapa Pengendalian yang bisa dilakukan adalah:
- Pada daerah endemis wereng coklat, pada saat musim hujan ini harus ditanam varietas tahan wereng
- Gunakan berbagai cara pengendalian dapat dimulai dengan penyiapan lahan, tanam legowo, pengairan inttermitten, takaran pupuk sesuai BWD.
- Monitor perkembangan hama wereng punggung putih dan juga perimbangan populasi wereng coklat dan musuh alami pada umur 2 minggu setelah tanam sampai 2 minggu sebelum panen.
- Keong Mas atau Siput Murbei (Pomace canaliculata Lamarck)
Kerusakan ini akan terjadi ketika tanaman masih muda. Beberapa Pengendaliannya adalah:

- Mencegah dini introduksi keong mas pada areal baru. Bila keong mas masuk ke dalam areal sawah kemudian baru akan berkembang cepat terutama pada lahan yang selalu tergenang dan akan sukar dikendalikan.
- Pengendalian ini harus berkesinambungan, walaupun tanaman telah berumur 30 HST, pengendalian ini harus tetap dilakukan untuk mencegah serangan pada pertanaman berikutnya.
- Secara mekanis tentu dapat dilakukan dengan mengambil dan juga memusnahkan telur dan keong mas baik dipesemaian ataupun di pertanaman secara bersama-sama. Kemudian membersihkan saluran air dari tanaman air seperti kangkung, dan 19 mengembalakan itik setelah panen. Untuk dapat mengurangi kegagalan panen, harus menyiapkan benih lebih banyak.
- Pada stadia vegetatif, bisa dilakukan dengan cara :
- (1) pemupukan P dan K sebelum tanam;
- (2) menanam bibit yang agak tua yang lebih dari 21 Hari dan juga jumlah bibit lebih banyak;
- (3) mengeringkan sawah sampai 7 HST;
- (4) tidak mengaplikasikan herbisida sampai 7 HST;
- (5) mengambil keong mas atau telur keong mas kemudian memusnahkan;
- (6) memasang saringan pada pemasukan air agar menjaring siput;
- (7) mengumpan ini dilakukan dengan menggunakan daun talas atau daun pepaya;
- (8) Aplikasi pestisida anorganik ataupun nabati seperti saponin dan rerak sebanyak 20-50 kg/ha sebelum tanam pada caren sehingga pestisida dapat dihemat.